Kamis, 30 Mei 2013

Sampah oh Sampah

Sampah seperti telah menjadi sahabat kita, karena tiap hari kita selalu berhubungan dengan sampah, tiada hari tanpa sampah dan tiada tempat tanpa ada sampah.

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat



Salah satu tempat wisata di Indonesia, yaitu Bali adalah salah satu daerah yang ada di Indonesia yang dikenal dengan sebutan pulau seribu pura. Sebutan itulah yang menarik para wisatawan asing maupun lokal untuk datang ke Bali, ditambah dengan keadaan pulaunya yang tenang dan memiliki pemandangan yang indah dan eksotis. Pantai-pantai yang berjejer berwarna biru dengan pasir putihnya, makin menambah minat wisatawan untuk berkunjung ke-Bali. Pulau seribu pura ini, masih kental dengan ragam  budaya dan tradisinya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, ini nilai plus yang dimiliki oleh pulau Bali, sehingga membuat para wisatawan menjadi ketagihan untuk menikmati indah keragaman  pulau Bali.


Kedatangan wisatawan ke Bali banyak membawa keuntungan bagi warga bali, salah satunya, mengenalkan Bali ke manca Negara hingga seluruh dunia tahu. Sebagai warga bali  hal ini dijadikan peluang untuk membangun usaha, dengan jalan membuat kerajinan, membangun hotel, restoran, galeri, resort, kafe, dan lain-lain. Sehingga  makin banyak orang luar selain orang Bali juga berbondong-bondong datang ke Bali untuk memperoleh cipratan keuntungan dari pariwisata Bali. Di balik keuntungan tersebut, banyak masalah yang muncul, salah satunya adalah sampah yang semakin menumpuk di Bali akibat limbah dari usaha-usaha yang ada, yang di buang sembarangan, bahkan ada yang dibuang  ke aliran sungai.

Menurut Asisten II Setda provinsi Bali Ketut Wija dalam kompas.com, penanganan masalah sampah saat ini belum mampu maksimal karena berbagai faktor, antara lain kesadaran masyarakat untuk membuang sampah masih kurang.Sehingga Dinas Kebersihan dan Pertamanan kewalahan untuk menangani sampah tersebut. Setiap hari sampah tersebut yang diangkut kendaraan DKP mencapai 4.695 meter kubik per hari. 
Sampah tersebut juga berasal dari rumah tangga. Hal itu seiring meningkatnya jumlah penduduk Bali, mencapai 4 juta orang. Belum lagi kedatangan wisatawan mencapai ^ juta orang per tahun yang tinggal atau yang mendatangi Bali. Pulang Bali yang kecil ini harus menampung jutaan warga dan mereka semua menghasilkan sampah.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Denpasar, Ketut Wisada mengungkapkan bahwa peningkatan volume sampah pada hari keagamaan seperti hari raya Galungan dan Kuningan itu mencapai 50-60 persen dari hari biasa.


Bila tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat Bali akan kehilangan keindahannya dan tidak lagi menjadi tempat melepas rasa penat bagi para wisatawan. Disamping itu, bahaya sampah bagi lingkungan dan kesehatan sangat besar, seperti menyebabkan aliran air menjadi tersumbat karena sampah yang dibuang ke sungai, banjir dan timbulnya wabah penyakit seperti diare dan malaria.




Solusi yang dapat saya sarankan kepada pemerintah adalah:
  1. Perbaiki lagi program Clean and Green
    Penyediaan tong sampah sesuai dengan pengelompokan sampahnya di tempat-tempat umum sudah bagus, namun perlu digalakkan lagi agar masyarakat mau membuang sampahnya di tong sampah yang telah disediakan. Hal ini bisa dilakukan dengan memasang tulisan-tulisan yang lebih inspiratif di setiap lokasi keramaian agar mereka selalu sadar dan ingat untuk membuang sampah di tong sampah yang disediakan sesuai pengelompokan sampah yang sesuai dan menambah jumlah tong sampah yang tersedia di tempat umum sehingga orang lebih mudah membuang sampah.
  2. Sehari tanpa sampah
    Disini pemerintah menyediakan satu hari dalam sebulan untuk mengadakan bersih-bersih bersama diseluruh wilayah di Bali. Untuk membantu pekerjaan petugas DKP dan juga memberikan kesempatan petugas untuk mengolah sampah di TPA terlebih dahulu sebelum sampah-sampah di hari berikutnya datang. Disamping itu mengajak kita bersama untuk merasakan lelahnya pekerjaan petugas kebersihan sehingga kita sadar dan tidak membuang sampah sembarangan lagi.
  3. Tambah lagi petugas DKP
    Penambahan petugas DKP sangat diperlukan karena dengan jumlah mereka yang lebih banyak maka menjaga kebersihan di setiap sudut kota akan lebih cepat dan mudah. Tempatka mereka di lokasi-lokasi yang berbeda sehingga mereka bisa fokus untuk mengurus kebersihan satu wilayah saja. Dengan begitu maka kebersihan akan tetap terjaga.
  4. Penambahan jumlah kendaraan pengangkut sampah
    Jika jumlah kendaraan pengangkut sampah lebih banyak di setiap wilayah maka sampah bisa diangkut lebih banyak dan bisa segera di olah di TPA. Disamping itu tidak akan ada lagi sampah yang menumpuk disudut-sudut kota yang dapat mengurangi keindahan Bali.
  5. Perluasan TPA
    Hal yang penting untuk penanggulangan sampaha di Bali menurut saya adalah perluasan TPA. Dengan perluasan TPA maka semua sampah bisa ditampung dan diolah dengan cepat dan benar. Sehingga tidak ada sampah di tempat-tempat umum yang dapat merusak pemandangan dan menyebabkan polusi pemandangan.
  6. Memberikan tong sampah gratis kepada masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.
    Masyarakat perkotaan cenderung tidak mempunyai lahan untuk mengolah sampah. Jadi nanti mereka akan memilah sampah mereka sesuai jenisnya, kemudian memasukan sampah tersebut ke tong sampah gratis yang ditaruh didepan rumah setiap pagi sehingga bisa diangkut paginya oleh petugas DKP.
  7. Mengadakan sosialisasi rutin mengenai cara pengolahan sampah rumah tangga.
    Hal ini yang paling penting menurut saya, karena percuma menggerakkan seluruh petugas DKP untuk bersih-bersih jika masyarakat masih membuang sampah sembarangan. Maka perlu diadakan sosialisasi mengenai cara mengolah sampah yang benar terutama kepada masyarakat desa yang membuang sampah ke sungai dan menyebabkan meluapnya air sungai sehingga menyebabkab banjir, apalagi limbah rumah tangga seperti deterjen yang sulit diuraikan maka tidak menutup kemungkian akan terjadi polusi air yang tinggi.

Rabu, 29 Mei 2013

Pernikahan Dini



Pernikahan adalah hal yang sangat didambakan oleh tiap orang. Saat pernikahan di ikrarkan janji dua insan manusia untuk membentuk ikatan saling menjaga, menyayangi dan mencintai serta siap berjalan bersama melewati bahtera rumah tangga.
Didalam pernikahan diperlukan kesiapan dari segi usia, mental dan finansial agar pernikahan itu bisa berjalan awet dan langgeng. Namun saat ini banyak sekali orang menikah di usia muda terutama anak usia sekolah seperti SMP dan SMA. Usia mereka masih sangat muda yaitu berkisar 14 – 17 tahun dan emosi mereka masih labil. Mereka masih dalam masa pencarian jati diri. Untuk kebutuhan sehari-hari masih meminta uang kepada orang tua.



Survei BKKBN tahun 2011 menyebutkan, 51 dari 100 remaja putri di kota-kota besar tidak perawan lagi. Terbaru, Survei Data Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan, jumlah remaja yang melahirkan sebanyak 48 per 1.000 remaja putri. Padahal, pada tahun 2007 lalu, jumlah remaja yang melahirkan ini hanya sebanyak 35 per 1.000 remaja putri.



Kasus pernikahan dini banyak terjadi di pedesaan. Perbandingannya, 11,8 persen di pedesaan dan hanya 5,2 persen di perkotaan. Data SDKI 2012, remaja putri yang melahirkan di desa sebanyak 69 per 1.000 remaja putri dan di perkotaan 32 per 1.000 remaja putri. Penyebabnya sama yakni hubungan seks bebas di kalangan remaja.

Hasil SDKI 2012 menyebutkan di perkotaan terdata dari 1.000 orang remaja usia 15-19 tahun, 48 orang diantaranya sudah melahirkan. Sementara di pedesaan, dari 1.000 remaja usia 15-19 tahun, ada 60 orang yang sudah memiliki anak.

Hal ini disebabkan oleh maraknya seks bebas dikalangan remaja yang dilatarbelakangi rasa ingin tahu. Apalagi di jaman moderen ini, semua bisa di akses dengan mudah di internet, termasuk video porno yang bisa merangsang gairang untuk melakukan seks bebas. Sehingga mereka akan mencoba-coba melakukannya untuk kesenangan tapa memikirkan hal yang terjadi. Kemudian mereka menikah tanpa memikirkan apa yang akan dilakukan setelah menikah dan dimana meraka akan bekerja untuk biaya hidup. Inilah penyebab banyak terjadinya pernikahan dini. Pendidikan yang rendah di pedesaan juga akan mempengaruhi terjadinya pernikahan dini karena mereka tidak tahu dampak yang ditimbulkan dan bahaya yang mengancam dari kehamilan dini. Padahal resiko dari pernikahan dini ini sangat banyak, mulai dari KDRT karena ketidaksiapan untuk mengurus rumah tangga sampai kematian ibu karena aborsi dan perdarahan saat melahirkan akibat ketidaksiapan organ reproduksi. Disamping itu pernikahan dini merupakan salah satu penyumbang angka peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia, karena mereka telah menambah jumlah penduduk dari usia muda bayangkan jika anak mereka juga menikah muda, akan berapa persen peningkatan pertumbuhan penduduk yang terjadi di tahun 2030.




Padahal idealnya usia menikah yang mengacu pada kesehatan reproduksi yaitu 20 tahun pada wanita dan 25 tahun untuk pria. Pada umur 20 tahun organ reproduksi seorang wanita sudah matang dan siap untuk menerima hasil konsepsi. Sedangkan pria umur 25 tahun sudah memiliki emosi yang stabil dan bisa menjadi kepala keluarga yang baik.

Solusi yang dapat saya tawarkan kepada pemerintah untuk mencegah kejadian pernikahan dini adalah:
1.  Memperjelas dan mengumumkan UU yang mengatur tentang batas usia pernikahan. Agar semua remaja tahu batas usia pernikahan dengan jelas, sehingga mereka tidak akan menikah di usia muda.
2.    Mengadakan sosialisasi kesekolah-sekolah mengenai kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas, kehamilan dini dan aborsi. Hal ini menurut saya sangat penting karena saya lihat belum seragamnya pengetahuan para remaja SMP dan SMA mengenai bahaya seks bebas, kehamilan dini dan aborsi, sehingga mereka tidak perduli dan tetap melakukannya atas dasar mencari kesenangan dan memenuhi rasa keingintahuan mereka yang tinggi.
3.   Mengadakan penjaringan rutin ke warung-warung internet untuk mengahapus link yang menayangkan video porno. Tujuannya agar anak-anak remaja tidak teracuni pikirannya oleh hal-hal tersebut. Apalagi sekarang anak SD pun sudah biasa mengakses internet. Jangan sampai pikiran yang masih bersih itu juga teracuni oleh video porno.
4.  Memberikan mata pelajaran pendidikan karakter di SMP dan SMA, agar mereka tidak terjerumus ke hal-hal negatif, dan mereka dapat memiliki karakter yang kuat dan bertanggungjawab sebagai generasi penerus bangsa nantinya.

Selasa, 28 Mei 2013

Hari Ini Makan Apa...

Di emperan toko,

"Ibu aku lapar..."

Itulah kata yang terucap dari seorang anak kecil yang sedang lapar kepada ibunya,
Si Ibu hanya menjawab, " sabar ya nak, sebentar lagi kita akan makan..." katanya sambil menunggu dermawan yang lewat dan melemparkannya uang logam atau menyodorkannya nasi sisa.

Inilah kenyataan yang sedang terjadi, kemiskinan dan kemiskinan...

Kemiskinan adalah permasalahan yang kompleks bagi setiap negara, terutama negara besar seperti Indonesia. Kebijakan dan penanganannya harus merata dan menyeluruh agar tidak menimbulkan kebingungan dan kekisruhan. Hingga saat ini masalah kemiskinan di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan. Secara definisi, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.





Diatas adalah gambaran kemiskinan di Indonesia tahun 2012. Angka kemiskinan di indonesia sudah mencapai 11,66 %. Masih sangat tinggi.

Bagaimana pendapat kalian tentang foto ini....




Sedih bukan...
Bayangkan jika kalian berada di posisi ini....tidak tau harus kemana untuk berteduh dan tidak punya uang untuk makan.
Sebenarnya nenek ini pasti tidak ingin melakukan ini, tapi keadaan yang memaksa, biarpun ia diam dirumah itu tidak akan merubah apapun. Maka dia pun mencoba peruntungannya ke kota, demi mendapatkan sesuap nasi.... Lalu apakah menurut kalian akan ada perubahan yang berarti jika dunia masih keras seperti ini??


Pemberian bantuan dari pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan seperti BLT (bantuan langsung tunai) dan Raskin ( beras miskin) tidak berjalan optimal. Buktinya masih banyak masyarakat yang makan nasi aking, dan coba kalian lihat foto ini...




Coba bayangkan bagaimana anak-anak ini tumbuh dan memenuhi kebutuhan nutrisinya, lalu bagaimana dengan pendidikannya?? Padahal mereka semua adalah generasi muda penerus bangsa yang nantinya akan mengurus pemerintahan indonesia.

Bercermin pada potret kehidupan diatas saya ingin menyarankan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan masyarakat kurang mampu dengan memaksimalkan pelaksanaan pemberian bantuan seperti BLT (bantuan langsung tunai) dan Raskin (beras miskin). Jangan sampai hanya diterima oleh masyarakat tertentu yang memiliki kedekatan dengan petugas pembagi bantuan. Saya harap juga pemerintah lebih jujur dalam pembagian bantuan-bantuan ini, karena banyak sekali saya lihat bahwa dana sudah diturunkan namun belum juga sampai di tangan masyarakat. Kemana aliran bantuan tersebut?? Jangan sampai dana tersebut digunakan oleh orang yang tidak benar-benar membutuhkannya dan malah hanya dihambur-hamburkan saja.

Pemerintah juga dapat menyediakan lapangan kerja dan rumah kecil yang memadai untuk para pengemis, sehingga mereka tidak mengemis lagi dan bisa tinggal di tempat yang layak.

Saya berharap pemerintah juga lebih banyak menyediakan beasiswa atau bahkan sekolah gratis bagi siswa yang benar-benar kurang mampu dan berprestasi di desa-desa terpencil sehingga mereka lebih semangat belajar dan lebih memaksimalkan pelaksanaan beasiswa tersebut. Karena saya lihat malah bukan siswa kurang mampu yang mendapat beasiswa tetapi siswa yang memiliki kedekatan khusus dengan guru ataupun petugas pembuat surat keterangan miskin yang mendapatkannya. Kalau begini terus ini maka akan menurunkan minat siswa untuk belajar kareana hambatan biaya, apalagi saat ini semua barang mahal, untuk makan saja susah apalagi untuk membayar biaya sekolah seperti membayar SPP....Saya ingin pemerintah lebih memfasilitasi di bidang pendidikan sehingga dapat bermunculan generasi-generasi muda hebat yang nantinya akan mengharumkan nama bangsa Indonesia dikancah internasional tidak kalah dengan negara lain.

Saya tidak bisa menunjuk siapa yang salah dan siapa yang harus berbenah, mari kita sadari sendiri...

Tumbuhkan kejujuran didalam diri dan teguhkan tanggung jawab yang kita emban sebagai cermin karakter bangsa Indonesia.